Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan penghargaan Primaduta Award kepada 20 perwakilan RI di luar negeri (KBRI dan KJRI) yang dinilai berjasa dalam mempromosikan produk-produk Indonesia ke negara lain. Salah satu penerima penghargaan tersebut yaitu KBRI Berlin di Jerman.
Konsulat Jenderal KJRI Hamburg, Sylvia Arifin yang mewakili KBRI di Jerman untuk menerima penghargaan tersebut mengatakan, saat ini ada 6 perusahaan Jerman yang memberikan kontribusi dengan mengimpor produk-produk asal Indonesia.
"Ini penghargaan bagi perusahaan-perusahaan Jerman yang sudah banyak berkontribusi dengan mengimpor produk-produk kita secara berkesinambungan. Total ada enam perusahaan, tiga di antaranya mengimpor produk seperti biochemical turunan CPO, tekstil, kayu (furnitur)," ujarnya di Jakarta, Kamis (22/10/2015).
Dia menjelaskan, selama ini pihaknya bersama-sama dengan atase perdagangan RI untuk Jerman dan Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Hamburg banyak melakukan promosi produk-produk Indonesia di Jerman. Selain itu, juga dengan turun langsung ke lapangan untuk mencari tahu produk-produk apa saja yang sedang laku di pasar Jerman.
"Kita tugasnya mempromosikan produk Indonesia. Kita melihat market yang potensial, dan turun ke lapangan melihat di toko-toko melihat produk yang diharapkan untuk jangka panjang. Saya juga harapkan keterlibatan pengusaha dan asosiasi pada pameran-pameran, karena kita bisa dapat buyer kebanyakan dari pameran-pameran di Jerman," jelasnya.
Sylvia mengungkapkan, Jerman memiliki potensi yang besar untuk mengimpor produk dari negara lain. Pasalnya, negara tersebut memiliki ekonomi terbesar di Eropa dan tidak terpengaruh pada perlambatan ekonomi global. Hal ini tentunya harus dimanfaatkan oleh Indonesia untuk meningkatkan ekspor ke Jerman.
"Jerman ekonominya terbesar di Eropa. Kalau di dunia bisa dikatakan ke-2 atau ke-3, jadi harus manfaatkan itu. Sekarang ekonominya mereka juga sedang booming," lanjutnya.
Menurut Sylvia, ada sejumlah hal yang menjadi hambatan bagi produk-produk Indonesia masuk ke negara tersebut. Namun hal tersebut bisa dihilangkan jika produsen di Indonesia memiliki keseriusan untuk menjual produknya ke Jerman.
"Hambatan lebih kepada standardisasi dan sertifikasi. Seperti kita tahu, Uni Eropa ketat soal itu. Namun sepanjang bisa mengikuti seperti yang mereka mau, itu tidak masalah. Yang perlu diperhatikan yaitu kesinambungan, quality control, kepastian hukum," kata dia.
Ke depan, lanjut Sylvia, pihaknya akan mendorong promosi produk-produk Indonesia seperti sepatu dan produk perikanan agar bisa lebih banyak masuk ke Jerman. Permintaan akan kedua produk sangat besar di Jerman.
"Ke depan kita genjot produk bernilai tambah tinggi seperti sepatu dan produk perikanan. Kita selalu mempromosikan, baik melalui pameran, kemudian datangkan pakar dan lain-lain," tandasnya.
Berdasarkan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang terbitkan lembaga penelitian ekonomi German Institute for Economic Research Halle (IWH), GDP Jerman diperkirakan akan meningkat sebesar 1,8 persen pada tahun ini dan sebesar 1,7 persen pada 2016.
Untuk periode Januari-Juni 2015, neraca perdagangan Indonesia dengan Jerman menunjukan angka surplus bagi Indonesia sebesar € 252,4 juta, di mana ekspor Indonesia ke Jerman mencapai € 1,5 miliar dan impor Indonesia dari Jerman sebesar € 1,2 miliar.
Dari 10 produk utama Indonesia ke Jerman pada periode Januari-Juni 2015, delapan komoditas mengalami peningkatan signifikan seperti CPO 35,49 persen, alas kaki 33,71 persen, kopi 59,81 persen, komponen otomotif 31,51 persen, peralatan listrik 27,85 persen, furnitur 9,76 persen, tekstil 4,34 persen dan udang 3,63 persen.
liputan6.com
0 komentar:
Posting Komentar